Rabu, 22 April 2015

Tradisi Sekatenan

Tradisi Sekaten di YogyakartaSejarah Sekaten

Istilah sekaten berasal dari kata syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat, yaitu Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammmad utusan Allah. Penyelenggaraan perayaan sekaten yang menjadi, mulai diselenggarakan pada masa kerajaan Demak dibawah pimpinan Raden Patah dengan bimbingan Wali Sanga. Acara sekaten kemudian diteruskan oleh sultan Demak selanjutnya yaitu Pati Unus lalu Sultan Trenggono.
Walaupun ada sedikit perbedaan pendapat tentang apa yang menyebabkan sekaten pertama kali dilakukan. Dapat ditarik kesamaan bahwa sekaten dimulai pada masa kerajaan Demak ketika pemerintahan Raden Patah, untuk melestarikan tradisi perayaan tahunan yang sudah ada pada masa Majapahit. Hal tersebut mungkin karena Raden Patah adalah anak raja terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V, sehingga ingin melestarikan tradisi warisan leluhurnya. Ditambah sulitnya menghilangkan tradisi yang sudah berakar di masyarakat waktu itu. Tapi tradisi yang berasal dari masa Hindu-Budha Majapahit itu dianggap tidak sesuai dengan islam, maka atas kesepakatan dengan wali sanga, tradisi itu disesuaikan dengan ajaran islam, yaitu dilaksanakan pada bulan maulud tanggal duabelas dengan maksud memperingati hari kelahiran nabi Muhammmad. Masyarakatpun menyambut dengan gembira, para wali sanga kemudian memanfaatkan sekaten ini sebagai cara memperkenalkan islam pada masyarakat.